Relasi

Fantasi dan Masturbasi Boleh Saja, tapi Nggak Perlu Ngomong ke Orangnya

Artikel ini pertama tayang di VoxPop.id pada tanggal 28 Juli 2020.

Sering kali saya atau teman perempuan mendapat pesan sebagai berikut, “Foto kamu saya jadikan bahan coli”, “Izinkan saya jadiin foto kamu bahan coli”, “Seksi banget sih, foto kamu bikin saya nafsu”, dan lain-lainnya.

Lalu, di mana letak permasalahannya? Apakah seseorang tidak boleh bermasturbasi?

Ya tentu saja boleh bermasturbasi, tapi apakah saya dan perempuan lain yang dijadikan objek seksual perlu tahu bahwa kamu hendak melakukan itu? Tentu tidak. Apa manfaatnya jika saya tahu? Kenapa pula kamu merasa perlu memberitahu?

Ada beberapa hal yang perlu dipahami sebelum mengirim pesan bernada seksual semacam itu.

Pertama, pernyataan bernada seksual kepada perempuan, terutama jika perempuan tersebut tidak mengenalmu, adalah sebuah pelecehan. Hal itu membuat perempuan tidak nyaman dan merasa direndahkan.

Padahal, kamu bisa saja diam dan tak perlu mengirim pesan seksual. Tapi, tetap saja itu dilakukan. Kenapa? Karena ingin menunjukkan bagaimana kamu memiliki kuasa terhadap orang yang dianggap sebagai objek.

Dalam hal ini, kekuasaan sebagai lelaki terhadap perempuan yang dianggap sebagai objek seksual. Jelas, perlakuan itu sangat merendahkan perempuan karena menganggap perempuan sebagai objek semata.

Menurut Safenet Voice, mengirim pesan yang tidak diinginkan bisa dikategorikan sebagai kekerasan berbasis gender online (KBGO) dalam bentuk pelecehan onlineOnline harassment merupakan pelecehan berulang-ulang melalui pesan, perhatian, dan/atau kontak yang tidak diinginkan.

Apakah karena foto seksi pertanda seseorang ingin dilecehkan? Tentu tidak. Sebab pakaian tidak ada hubungannya dengan keinginan.

Kedua, seperti disebutkan tadi bahwa tidak ada larangan untuk bermasturbasi. Namun, ketika memutuskan untuk masuk ke ruang pribadi dengan mengirim pesan seksual, itu sudah melanggar ruang pribadi. Sudah masuk tanpa izin dan kesopanan, merendahkan orang dengan menjadikannya sebagai objek seksual pula.

Di media sosial, pesan langsung atau direct message adalah ruang pribadi. Ketika seseorang memutuskan untuk mengirim pesan, dia sudah masuk ke ruang pribadi orang lain. Padahal, pesan itu bisa ditulis di kolom komentar. Ayo, kenapa tidak nulisnya di kolom komentar? Takut nama baik tercoreng kalau orang-orang sampai tahu? Mamam tuh nama baik!

Saya pun pernah mencari dokumentasi untuk fantasi seksual. Dan, mungkin saja pernah mengatakan sesuatu yang membuat orang lain tidak nyaman. Namun, kini saya sadar untuk tidak mengirim pesan semacam itu. Apalagi, dia bukan siapa-siapa saya dan tidak ada hubungan sama sekali.

Ketiga, apakah ada manfaatnya jika seseorang tahu bahwa dia dijadikan bacol oleh kamu? Apakah dengan memberitahu itu, dia bisa suka sama kamu? Ngarep! Jadi, buat apa kirim pesan-pesan mesum segala? Ngetes? Yang ada, malah merugikan kamu sendiri lho. Kalau ada yang sebel banget dengan kelakuanmu itu, pesanmu bisa direkam dan disebar.

Tapi, ada saja yang ngomong “salah sendiri upload foto seksi” untuk menyalahkan perempuan terkait pesan seksual yang dikirim orang lain, tanpa melihat bahwa ada cara terhormat dalam bermasturbasi. Hey, kamu bisa bermasturbasi dengan sopan dan terhormat! Ketika bermasturbasi sendiri alias tidak mengganggu orang lain.

Namun, ketika terus-terusan membuat orang lain tidak nyaman dengan perilaku seksual tersebut, mungkin kamu perlu periksa ke psikolog untuk mencari tahu kenapa kamu kok pengen banget bikin orang nggak nyaman?

Itu akan membedakan antara kamu dan pelaku pelecehan seksual, yaitu antara bermasturbasi sendiri dengan tenang dan bermasturbasi dengan mengganggu ketenangan orang lain.

Beberapa teman, laki-laki, bisa kok bermasturbasi dengan sopan dan terhormat. Mereka sadar memiliki ketertarikan dan sering kali pikirannya terusik ketika melihat seseorang yang menarik secara seksual. Namun, mereka memutuskan untuk tidak mengatakan itu ke orangnya, karena mereka tahu hal tersebut akan membuat orang lain tidak nyaman.

Nah, bukankah lebih mudah untuk menjadi orang yang bisa bermasturbasi dan tetap terhormat? Daripada kamu harus nulis pesan, tapi kemudian eksistensimu itu dianggap sebagai pelaku pelecehan seksual. Nggak mau kan?

Sebab kita sebagai manusia dibekali akal agar bisa bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Terlepas apapun yang diunggah perempuan atau lelaki yang bisa merangsang hasrat seksual, kita tetap tidak dibenarkan untuk menjadikan dia sebagai objek seksual melalui pesan-pesan pribadi. Kita tetap bisa bermasturbasi… dalam damai.