Ceritaku

Apa yang Saya Lakukan Ketika Takut Belajar Feminisme?

Sewaktu saya mengenal feminisme, saya memiliki keraguan untuk mempelajarinya lebih lanjut. Ada begitu banyak istilah yang membuat saya takut mendalami dan terasa terlalu berat, bahkan saya ditakuti tentang mitos perempuan yang belajar feminisme akan menjadi “radikal.”

Tapi entah mengapa saya ketakutan saya perlahan mengilang. Dulu saya juga masih belum paham mengapa teman-teman LGBT menjadi bagian dari gerakan perempuan. Tapi daripada saya melontarkan hal yang saya tak paham, saya memutuskan untuk diam dan mempelajarinya. Saya mempelajarinya dari konteks budaya dan penjajahan. Kemudian memahami mengenai hegemoni patriarki dan heternormatifitas.

Selain itu, mempelajari mengenai berbagai teori feminis termasuk teori feminis radikal, membuat saya memahami tentang penindasan perempuan sebagai pekerja yang dieksploitasi oleh perusahaan-perusahaan kapitalis dan patriarki. Saya akhirnya menemukan bahwa teori ini sangat relevan dengan kondisi saya sebagai perempuan dan pekerja.

Orang cenderung takut dengan istilah radikal sehingga mereka menjauh untuk mencari tahu mengapa orang bisa menjadi radikal. Namun mereka tidak tahu dari mana asal muasal kata tersebbut. Dalam bahasa latin radix berarti akar. Saya kemudian teringat dengan pelajaran kedokteran gigi, saya sendiri menggunakan istilah radix untuk menjelaskan akar gigi.

Dalam feminisme, teori feminis radikal berupaya untuk mencari tahu akar permasalahan penindasan perempuan, sehingga ketika kita berupaya menjawab dan mencari solusi, solusi tersebut menjawab permasalahan dengan tepat.

Logikanya, jika kamu sakit gigi, kamu cari tahu akar permasalahannya apa sehingga kamu bisa memberikan perawatan yang tepat. Karena permasalahan gigi tidak bisa diselesaikan dengan obat, maka penyakit tersebut harus diselesaikan dengan tindakan perawatan gigi. Bahkan akar permasalahan gigi bisa juga menunjukkan masalah yang struktural seperti minimnya literasi pengetahuan gigi dan mulut akibat kondisi sosioekonomi seseorang, jika dilihat dalam konteks sosial.

Berbagai teori feminis yang saya pelajari membantu saya dalam melihat permasalahan sosial yang ada, serta lebih bisa melihat suatu masalah lebih dalam lagi. Selain itu kita bisa jadi tahu jika ada jawaban dari sebuah permasalahan yang sebenarnya tidak menjawab permasalahan itu sendiri. Kita menjadi lebih kritis dalam melihat berbagai program pemberdayaan, program-program masyarakat dan lainnya.

Sedihnya ketika orang mengira saya memperjuangkan hak perempuan yang ada di pikiran mereka adalah perempuan telanjang yang memperjuangkan kebebasan berpakaian dan gerakan bebaskan puting payudara, padahal gerakan feminisme bukan hanya soal itu kebebasan individu saja.

Ketika saya makin mendalami feminisme, saya semakin paham tentang krisis iklim dan perebutan lahan. Saya makin marah ketika tanah kita tidak lagi aman untuk ditumbuhkan makanan, saya kesal ketika air bersih tidak ada lagi akibat pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan besar, bahkan saya ingin sekali bisa belajar masak agar tak bergantung dengan makanan cepat saji yang dijual oleh rantai restoran internasional yang merugikan lingkungan dan mengupah pegawainya dengan rendah.

Saya tidak bermaksud menihilkan perjuangan perempuan lain, tapi bagi saya pribadi, setiap individu dan kolektif memiliki hal yang mereka perjuangkan masing-masing sesuai konteksnya. Untuk saat ini saya melihat krisis iklim akibat ketamakkan kapitalisme dan patriarki menjadi permasalahan yang mengglobal bahkan mereka menyebabkan kekerasan seksual di ranah personal.

Gimana ceritanya kapitalisme dan patriarki menyebabkan kekerasan seksual? Ya kita bisa lihat bagaimana buruh perempuan di kebun tembakau dan kebun sawit jadi korban eksploitasi dan kekerasan seksual. Blog singkat ini tidak akan menjawabnya. Kita harus rajin membaca dan mendengar dari perempuan-perempuan yang mengalaminya langsung dan belajar lebih jauh lagi.

Teori-teori feminisme memang bisa membuat kamu merasa terintimidasi karena bahasanya yang tinggi dan tebalnya buku, tapi kalau kamu ingin sekali belajar tentang pemberdayaan perempuan, maka upayakan pemberdayaan yang kamu terapkan benar-benar menjawab kebutuhan dan permasalahan perempuan.

Rekomendasi Bacaan:

  • Filsafat Berperspektif Feminis – Gadis Arivia
  • Analisis Gender & Transformasi Sosial – Mansour Fakih
  • Feminist Thought – Rosmarie Tong
  • Membunuh Hantu-Hantu Patriarki – Dea Safira