Days of My Life, Dentistry, Health

Belajar Mengolah Limbah Medis dari Puskesmas

Beberapa hari yang lalu, saya ditugaskan untuk mengobservasi lingkungan kesehatan di puskesmas kecamatan palmerah. Puskesmas Kecamatan Palmerah ini sudah bersertifikat dan berstandar ISO. Walaupun hanya puskesmas sederhana yang terletak tak jauh dari pasar palmerah, tapi puskesmas ini sangat menjaga mutu dan fasilitasnya dalam melayani pasien didaerah Palmerah dan Jakarta Barat.

Bangunan puskesmas palmerah merupakan bangunan tua yang sudah ada sejak jaman belanda dan terus diperbaharui sehingga tampak bagus dan bersih hingga sekarang. Bangunan ini sering dijuluki gedung tinggi karena merupakan gedung yang paling tinggi disekitarannya. Bahkan dari jauh pun kamu sudah bisa melihat gedung tinggi putih yang berdiri menghadap jalan raya.

Saya berserta regu puskesmas disambut hangat oleh drg. Dewi tatkala pimpinan puskes yaitu drg. Adhara tak bisa menemui kita. Drg. Dewi memberi penjelasan singkat mengenai profil puskesmas dan sejarahnya. Serunya lagi dia berkenan mendampingi kami mengelilingi puskesmas sambil mengobservasi bagaimana cara puskesmas membereskan limbah-limbahnya.

Ada beberapa poli yang kami kunjungi dan kami begitu takjub bagaimana puskesmas tersebut sanggup melayani pasien dari berbagai jenis penyakit.

Dilantai 1 digunakan untuk pendaftaran pasien, apotek, ruang bersalin.

Dilantai 2 terdapat brbagai poli, dari poli anak, poli gigi, poli umum, dan beberapa pelayanan kesehatan lainnya.

Dilantai 3 merupakan kantor kantor staff dan pejabat puskesmas. Dilantai ini pula saya dan teman-teman dikumpulkan untuk briefing. Dan dilantai 4 merupakan ruangan aula serta terdapat ruangan lainnya untuk puskesmas.

Saat mengobservasi kesehatan lingkungannya, kami langsung fokus pada limbah medis dan non medis serta limbah cair. Disetiap poli kami menemukan tempat-tempat khusus untuk pembuangan limbah medis yang digolongkan kembali menjadi sampah infeksius dan non infeksius, terdapat pula kotak hazard berwarna kuning untuk pembuangan alat-alat kedokteran seperti injeksi.

Disetiap pojok puskesmas pun terdapat tempat sampah organik dan non organik. Menariknya puskesmas turut mendidik warga dalam pengenalan sampah organik dan non organik dengan menempelkan golongan sampah non organik dan organik.

Limbah medis akan dikumpulkan tiap hari dan disatukan bersama limbah medis dari puskesmas kelurahan. Ada juga klinik swasta dan klinik dokter gigi swasta yang turut menitipkan limbahnya kepuskesmas kecamatan. Setelah limbah terkumpul, pihak ketiga yaitu perusahaan yang berkerjasama dengan puskesmas akan mengumpulkan limbah-limbah tersebut tiap minggunya. Rerata berat limbah adalah sekitar 150 kilo. Beberapa tahun lalu masih ada mesin incelerator untuk menghanguskan limbah limbah medis tersebut namun karena mesin tersebut tidak dapat membakar limbah hingga diatas 1000 derajat celcius sehingga menghasilkan beberapa kerugian bagi masyarakat yang tinggal di sekitaran puskesmas.

Terdapat pula limbah cair berupa darah, saliva dan cairan tubuh lainnya yang dikumpul dan di olah melalui IPAL. Gunanya pengolahan limbah cair agar dapat dibuang melalui saluran got agar tak mencemari lingkungan.

Dengan adanya tugas pengamatan observasi ini, saya menjadi mengerti bagaimana cara mengelola sebuah klinik dan bahayanya limbah jika tidak dikelelola dengan baik. Dengan observasi ini pula saya juga dapat belajar bagaimana mengajak masyarakat turut serta menjaga kebersihan lingkungan disekitarnya.

Uniknya lagi, puskesmas palmerah mengolah sendiri sampah organiknya dan menjadikannya kompos untuk taman disekitaran puskes.

 

Wah semoga mutu dan kualitas terus dijaga dan ditingkatkan agar warga dan masyarakat sekitat merasa nyaman berobat kepuskesmas.